Postingan

La Luna

Setitik aroma kayu musk yang kusapukan pada punggung tanganku lalu aku seperti mendengar suaramu suara tawa tergelak menggaung di mana-mana mengungguli di tengah lautan riuh rendah berloncatan segala ingatan semacam sungai yang meluap lancar mengalir lewat lidah bibir dan mulutku seperti terkhianati tak mau lagi mereka turut pada tuannya boleh jadi hanya gema  bisa jadi hanya remah  bahwa semua ini hanya pranala yang sesekali menyela Malang, 3 Februari 2021

First "Tulis Aja Dulu" versi 2021

Wah... Sudah 2021! Bulan Februari ! Tapi nanti saja ya cerita soal tahun baru-annya. Karena saya lagi gak mood buat menulis tentang itu.  Mungkin nanti. Kalau tak lupa. Seperti biasa.  Tuman *nyengir kuda* Hari ini dapat privilege untuk pulang lebih awal. Kegiatan promo kampus membuat saya harus datang lebih awal satu jam dari jadwal kantor tadi pagi. Makanya pulangnya juga bisa lebih awal. Tapi eh tapi ketika beberapa menit menjelang check clock pulang, hujan deras malah tumpah. Pulang lebih awal berakhir wacana. Gapapa juga sih, biasanya juga suka pulang lebih telat walaupun tak pernah dihitung lembur *bukan ngeluh loh ini... hanya menjelaskan... hehehe*.  Cuma yang cukup aneh adalah mengapa tiba-tiba memutuskan untuk menulis di sini?  Ini gara-garanya sambil menunggu hujan reda, saya random  browsing  hotel atau homestay  yang bisa dipakai buat staycation .  Ehem ehem. Jadi gini... gegara pandemi, sudah lama diri ini tak melanglang buana ke tempat-tempat favorit sekedar untuk mele

Tulis Aja Dulu (4)

Menulis adalah candu. Meskipun Carpal Tunnel Syndrome  (CTS) membuat meringis dan kantong mata sudah naik kelas dari ukuran setengah kilo menjadi dua kilo tetap saja tengah malam dan dini hari adalah waktu yang paling subur untuk isi kepala moncor dengan derasnya. Seperti ada yang kurang jika merebahkan diri tanpa menulis. Mungkin ini kebiasaan yang terbentuk selama WFH melanda. Ragaku tak bisa kemana-mana sementara pikiran melanglang buana. Yasudah, menulis jadi sarana.  Tak jelas sebenarnya apa yang hendak kuceritakan malam ini. Hari berjalan dengan (puji Tuhan) lancar seperti biasanya. Bangun pagi dan menamatkan drakor yang episode terakhir-nya ditunggu sejak tengah malam (terlalu mengantuk kemudian tertidur) hingga membuat persediaan ulang Penak Pisang dan tahu-tahu matahari sudah bersiap hendak menuju belahan bumi lain. Sempat berjibaku dengan orderan gof*od yang lonjakannya mulai membuatku memutar otak untuk mengatur strategi jika mendadak keroyokan seperti hari ini (sam