Tulis Aja Dulu (4)

Menulis adalah candu.
Meskipun Carpal Tunnel Syndrome (CTS) membuat meringis dan kantong mata sudah naik kelas dari ukuran setengah kilo menjadi dua kilo tetap saja tengah malam dan dini hari adalah waktu yang paling subur untuk isi kepala moncor dengan derasnya. Seperti ada yang kurang jika merebahkan diri tanpa menulis. Mungkin ini kebiasaan yang terbentuk selama WFH melanda. Ragaku tak bisa kemana-mana sementara pikiran melanglang buana. Yasudah, menulis jadi sarana. 

Tak jelas sebenarnya apa yang hendak kuceritakan malam ini. Hari berjalan dengan (puji Tuhan) lancar seperti biasanya. Bangun pagi dan menamatkan drakor yang episode terakhir-nya ditunggu sejak tengah malam (terlalu mengantuk kemudian tertidur) hingga membuat persediaan ulang Penak Pisang dan tahu-tahu matahari sudah bersiap hendak menuju belahan bumi lain. Sempat berjibaku dengan orderan gof*od yang lonjakannya mulai membuatku memutar otak untuk mengatur strategi jika mendadak keroyokan seperti hari ini (sama sekali bukan mengeluh, sangat bersyukur malah dipercayakan Tuhan untuk berkat yang lebih besar, go team!). Diakhiri dengan menyicil bahan produk terbaru yang ritme-nya mulai teratur. Bahkan kami bisa menyelesaikannya hanya  dalam waktu 30 menit saja, emejing!

Hari ini seluruh pekerjaan selesai lebih awal. Pukul 11.30 aku sudah naik ke kamar dan rebahan di kasur, golar-goler sambil menggulir inst*gram, lompat ke aplikasi lain, balik lagi ke media sosial yang awal, berusaha menemukan postingan yang berfaedah tapi tetap berakhir dengan "ini apa sih sebenarnya yang ditonton ?!" Malah suasana hati menjadi tidak karuan. Benar adanya bahwa apa yang kita konsumsi akan menentukan siapa diri kita. Kamu adalah apa yang kamu makan. Ungkapan ini ternyata tidak hanya berbicara soal makanan yang masuk lewat mulut tetapi juga lewat informasi yang kita lihat dan baca, musik yang kita dengar dan obrolan yang kita simak. Faktanya adalah semua yang ditangkap oleh panca indra kita akan diproses oleh otak dan mempengaruhi kita.  Celakanya jika sebagian besar yang masuk adalah berupa 'sampah' ataupun hal yang menyeret kita ke dalam sesuatu yang negatif maka kita akan merasa, bertutur dan bertindak serupa hal tersebut. Cukup fatal jika tak terkontrol.

Perasaan manusia itu semacam fluida, mudah berubah-ubah sesuai wadah dan kondisi lingkungannya. Itu sebabnya artikel bijak manapun selalu memberi saran separuh nasihat untuk menghindari apapun yang toxic bagi kita. Pepatah tionghoa yang pernah disampaikan oleh orang tuaku dulu berbunyi demikian:
"Jika kita dekat-dekat dengan penjual ikan,
kita akan terciprat amisnya dan ikut beraroma amis"
Begitu nasihat yang selalu kudengar. Bahkan dalam Alkitab tertulis dalam I Korintus 15 ayat 33 mengatakan "Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik". Semua yang ada di dunia ini memiliki energi dan sifatnya kekal. Tentu hal ini sudah kita pelajari sejak kelas tiga di bangku sekolah dasar. Bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Ia hanya terkonversi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain (kita tidak sedang belajar IPA, hanya kilas balik sedikit, kalem). Sama halnya dengan penganan yang kita makan, buku yang kita baca, musik yang kita dengar, film yang kita tonton, emosi yang kita terima bahkan mimpi-mimpi yang kita alami di saat tidur itu semua memiliki energi dan mempunyai pengaruh secara tidak langsung yang akan mempengaruhi mood kita sepanjang hari. Dalam jangka waktu yang panjang bahkan membentuk karakter diri kita dan perlahan tapi pasti mematenkan pola pikir kita. Itu sebabnya kita perlu memilah apa yang dapat kita serap dan apa yang tak seharusnya kita biarkan masuk. Menghindari energi yang negatif dan menerima yang positif. Manusia itu seperti spons, gampang sekali menyerap sesuatu apalagi yang sifatnya buruk, seolah sekat-sekat pikiran menjadi permeabel, bebas untuk dimasuki apa saja *cmiiw

Makanya kita perlu memfilter semua yang hendak diproses tubuh kita. Aku, kamu dan kita semua berhak menentukan apa yang baik buat diri ini. Ingatlah kita ini makhluk istimewa, berharga, tidak pantas memberikan sampah kepada diri kita yang spesial tanpa perlu pakai telur ini. Walaupun kita semua tahu bahwa dunia sekarang ini sarat dengan hal-hal buruk tapi percayalah tetap masih ada hal-hal yang baik juga yang pantas kita lihat, dengar dan rasakan. Bacalah buku, artikel, unggahan yang bagus sekaligus bermutu dan bermanfaat, dengarlah musik-musik yang tidak saja baik untuk pendengaran tapi juga untuk jiwamu, dan makanlah segala yang membuat tubuhmu sehat dan bahagia, berinteraksilah dengan sesamamu yang membawa nilai baik dan positif bagimu dan begitu pula sebaliknya. Saling upgrade diri dan timbal balik untuk kualitas pertemanan yang lebih baik. Hargai untuk setiap yang masih tetap setia berada di sisi kita dan ikhlaskan beberapa yang hanya singgah. Mari isi hidup yang singkat ini dengan melakukan apa yang terbaik untuk hidup kita menurut versi kita masing-masing. 

Hmm... 
Lagi-lagi sudah pukul dua pagi
Aku harus undur diri
Pergi menuju mimpi
Selamat pagi !



//Surabaya, 17 Mei 2020//

Komentar