Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tulis Aja Dulu (4)

Menulis adalah candu. Meskipun Carpal Tunnel Syndrome  (CTS) membuat meringis dan kantong mata sudah naik kelas dari ukuran setengah kilo menjadi dua kilo tetap saja tengah malam dan dini hari adalah waktu yang paling subur untuk isi kepala moncor dengan derasnya. Seperti ada yang kurang jika merebahkan diri tanpa menulis. Mungkin ini kebiasaan yang terbentuk selama WFH melanda. Ragaku tak bisa kemana-mana sementara pikiran melanglang buana. Yasudah, menulis jadi sarana.  Tak jelas sebenarnya apa yang hendak kuceritakan malam ini. Hari berjalan dengan (puji Tuhan) lancar seperti biasanya. Bangun pagi dan menamatkan drakor yang episode terakhir-nya ditunggu sejak tengah malam (terlalu mengantuk kemudian tertidur) hingga membuat persediaan ulang Penak Pisang dan tahu-tahu matahari sudah bersiap hendak menuju belahan bumi lain. Sempat berjibaku dengan orderan gof*od yang lonjakannya mulai membuatku memutar otak untuk mengatur strategi jika mendadak keroyokan seperti hari ini (sam

Tulis Aja Dulu (3)

Mungkin ini yang namanya cinta. Bukan... Bukan cinta yang itu. Abaikan tentang babak asmara antara dua orang lawan jenis yang saling gadai perasaan. Ini tentang kecintaan pada sesuatu yang tak dapat membalas perasaanmu, yang setiap kali lelah menghadapinya namun tetap kau kejar ketika gelap menyongsong pagi atau malam menjelang berganti. Sesuatu yang membuatmu merasa bergairah melewati hari dan menggugah egomu untuk menguasainya.  Insomnia masih menjadi PR yang tak kunjung kubereskan. Pola hidup semacam makhluk nokturnal itu membuatku kekurangan tidur sehari-hari. Jangan dipikir aku tak mau menikmati tidur panjang dan pulas seperti orang normal lainnya. Sungguh ketika yang tersisa hanya bunyi malam temanmu hanyalah suara-suara yang bersemayam di kepalamu. Setelah lelah seharian beraktivitas tentulah kantuk yang menyerang hebat setelah mandi air hangat akan segera menyergap. Namun selelah apapun aku tetap tergoda untuk menyalakan perangkatku dan menulis barang satu dua tiga ratus kat

Malam yang Berdosa

Sekitar pukul 3 dini hari kemarin aku kelaparan. Akibat melewatkan makan malam alhasil aku tidak bisa tidur. Rasanya malas sekali untuk bangun dan membuat sesuatu untuk dimakan (biasanya sih andalannya mie rebus telur plus potongan cabai dan perasan jeruk nipis), tapi perut ini terus menuntut untuk diisi. Akhirnya aku minum sebanyak-banyaknya air putih, mungkin sekitar 750 ml ( auto kembung) dan menipu si perut dengan rasa kenyang palsu kemudian tidur. Sama seperti kemarin, malam ini aku kembali melewatkan makan malam karena ketiduran selepas isya. Tak mau mengulang kejadian yang sama, sekitar pukul 00.30 aku turun ke lantai bawah menuju dapur untuk makan. Berbekal sebungkus mie instan aku menjerang air.  Ctekk! Kompor gas menyala dan aku menaruh teflon yang kupakai untuk memasak. Tiba-tiba bunyi salah satu pintu kamar terbuka. Tampaknya ada yang menyadari jika ada seseorang di dapur. Aku menoleh dan mendapati adikku dengan wajah jenakanya menyusul ke dapur dan berujar  "N

My Imperfect Green (Welcome May)

Aku akan memulai hari pertama di bulan kelima tahun ini dengan menceritakan sebuah cangkir. Aku mempunyai sebuah cangkir kopi klasik berwarna hijau laut. Cangkir ini spesial di antara cangkir-cangkir milikku yang lain. Cangkir yang terbuat dari tanah liat yang dibakar ini kutemukan ketika sedang mengunjungi Sekatenan bersama teman-teman kampusku sekitar akhir tahun 2016. Festival Sekaten adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap tahun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Yogyakarta dan Surakarta. Perhelatan yang diadakan oleh keraton ini berlangsung selama 40 hari dengan dimeriahkan oleh pasar malam yang ada di alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Area pasar malam dipenuhi dengan pedagang yang menjual bermacam-macam makanan dan barang-barang yang lucu. Tujuan kami malam itu tentu saja untuk berwisata kuliner dan menjajal  wahana permainan di pasar malam yang beberapa di antaranya cukup ekstrem dan membuat kita terasa lebih dekat dengan Tuhan (kisah ini akan ada bagian send

Tulis Aja Dulu (2)

Hari ini tidak punya ide mau menulis apa. Tapi demi melatih konsistensi saya harus tetap aktif melakukan aktivitas ini, untuk kebaikan isi kepala juga tentunya. Bagi-bagi ke "pensieve"  supaya tidak terlalu penuh. Sebenarnya kemarin saya menulis juga, hanya tidak di publish . Belum. Soal yang itu akan ada waktu dan bagiannya sendiri. Ngomong-ngomong soal menulis tentunya kita perlu inspirasi untuk dapat mengembangkan sebuah tulisan. Semacam ide, pemikiran atau pun kejadian yang mengesankan pada hari itu. Ada beberapa yang terpikirkan untuk ditulis hari ini, tapi tidak cukup mengesankan pikiran. Bahkan di penghujung hari ini saya sudah melupakan apa yang ingin ditulis tadi. Bagi saya pribadi butuh sesuatu yang benar-benar kuat untuk dapat dijadikan topik, sesuatu yang mendominasi isi kepala ketika memikirkannya sehingga saya akan tetap ingat sampai waktu saya menuliskannya.  Saya tidak ingin menulis dengan tujuan "asal ada" walaupun di awal saya mengatakan tetap i

Tulis Aja Dulu (1)

Gambar
*) mode nulis santai **) topik ngalor-ngidul Saking gapteknya saya gak tahu kalau ternyata postingan di blog itu bisa diatur untuk jadwal publikasinya. Jadi walaupun saya nulis kejadian lampau di masa sekarang, tapi tanggal dan waktu postingan bisa disesuaikan dengan tanggal dan waktu aslinya, emejing ! Maap saya memang lola soal begituan, makanya gampang dibegoin *eh :v*.  Lumayan juga fitur ini bisa dipakai untuk ngerapiin arsip, mengisi bolongan-bolongan garis waktu yang terabaikan. Karena sebenarnya banyak juga kejadian-kejadian ataupun peristiwa dalam hidup yang layak dituangkan disini. Itung-itung dokumentasi pengalaman hidup lah biar kelak ada yang bisa dikenang nantinya *mendadak melow*.  Mungkin pemakaian fitur ini akan disesuaikan dengan kebutuhan penulisan saja *cakep*.  Barangkali ada yang bertanya-tanya (maksa, padahal orang gak bakal peduli hahaha) mengapa seorang Venny Kurnia Andika mendadak jadi aktif di blog, jadi produktif menulis bahkan terkadang suka sok bij

Maret

Karya: Bagus Dwi Hananto lampu lampu kota  datang menyerap  mimpi dan luka  aku terjebak kenangan hujan menebah angin di lengkung daun dan kaca deru debu tak sampai juga tak sampai juga aku melolong bertanya rindu namun di belakang  hanya iblis putih santun memanjat kebingunganku di cermin aku saksikan cahaya  tergantung jatuh  dunia dipenuhi kematian jelek seperti musim ketika engkau pergi tak kembali lagi  tak akan kembali lagi (dari buku:  Menatap Kesedihan dari Waktu ke Waktu; Kumpulan Puisi )

FINISHED IS BETTER THAN PERFECT

Daebak ! Selang dua hari kemudian saya nge-blog kembali. Semoga semakin rajin ya saya (bicara pada diri sendiri).  Tak perlu lah ekspektasi berlebihan. Jalani saja.  Kalau jatuh bangkit lagi, gagal coba lagi (ini salah satu nasehat bijak yang sedang gencar saya tanamkan dalam diri).  Seorang sahabat pernah menasehati saya dengan sebuah kalimat yang cukup membekas dan merasuk logika. Waktu itu saya sedang pusing setengah mati mengurusi sebuah proyek yang baru pertama kali saya pegang. Mungkin bagi sebagian orang sebenarnya mudah. Namun untuk orang dengan pengalaman nol seperti saya ditambah idealis akut membuat pekerjaan terasa dua kali lebih berat. Sebenarnya pekerjaan itu bisa diselesaikan lebih cepat. Hanya karena saya merasa ada banyak kekurangan namun tak kunjung menemukan alternatif solusi yang lebih baik, ditambah laptop yang ngadat semasa pengerjaan, waktu submit  menjadi mundur dari jadwal seharusnya. Lalu saya merasa kecewa dan mulai menyalahkan diri sendiri, merasa t

Dan Terjadi Lagi

Gambar
O hai ! Sapaan ini tampaknya lebih dikhususkan kepada si blog ini sendiri. Sepertinya bukan berita baru bahwa aku senang sekali mengabaikan platform  ini hingga tahunan, hahahaha. Sekarang saja sudah bulan ke-4 di tahun 2020. Minus dua bulan lagi kita menuju pertengahan tahun ini. Kurang lebih sembilan bulan terabaikan (cukup singkat dibanding kasus sebelumnya *siul-siul). Waktu memang cepat sekali berlalu. Tapi yoweslah  hidup tetap terus berjalan kan? Dan aku sedang tak mau membahas yang berat-berat apalagi perihal pergantian hari yang begitu cepat secepat lenyapnya uang di dompet *eh. Alasan mengapa aku teringat kembali pada blog ini dan akhirnya 'mampir' menulis karena satu hal yang berusaha kupatuhi. Mencoba konsisten ternyata cukup PR buatku. Sulit malah. Ketika sedang tertarik pada suatu hal aku akan sangat menggebu-gebu dan totalitas mengerjakannya. Sampai lupa tidur lupa mandi tapi tak pernah lupa makan. Persoalannya aku gampang bosan. Kalau sudah begitu yasudah

Astungkara

wahai lelaki pengagum senja ini aku wanita yang menyimpan sepotong swastamita untukmu namun petak itu kini berdebu mangkrak di pojok sepi dulu sekali waktu pernah memohonmu kepada Sang Hyang Widhi Wasa mengunci setiap untai doa dengan Shava katamu aku si petualang padahal aku setia berkelana  demi menyelami setiap jengkal ketidaktahuan-ku atasmu sampai sekejap mata aku tersuruk menyasar pada sebuah jalan sunyi juga kau memilih sore yang lain, dengan cahaya kuning keemasan dan berkilau yang bersinar pada pukul lima kupandangi senja kala-ku yang terbit sesaat sebelum pekat tak banyak kilau hanya semburat yang terpintal bersama jingga dan lembayung ada serat-serat harapan yang menjalin malam merapal doa yang menyirat namamu Surabaya, 21 April 2020

Selepas Hujan

selepas hujan punca daun mangga bergetar diterabas angin ratusan kemilau dari sisa tetes hujan menguntai di pucuk-pucuk hijau, pilinan temali dan atap tetangga awan kelabu mengarak menuju utara tak jelas hendak kemana genangan air memilih bermuara di suatu pojok balkon mendekat kepada kekasihnya si talang air sayang cintanya terkalang terserap hilang ilalang liar juga gulma yang bersemayam pada pot-pot tak bertuan Surabaya, 8 April 2020