My Imperfect Green (Welcome May)

Aku akan memulai hari pertama di bulan kelima tahun ini dengan menceritakan sebuah cangkir. Aku mempunyai sebuah cangkir kopi klasik berwarna hijau laut. Cangkir ini spesial di antara cangkir-cangkir milikku yang lain. Cangkir yang terbuat dari tanah liat yang dibakar ini kutemukan ketika sedang mengunjungi Sekatenan bersama teman-teman kampusku sekitar akhir tahun 2016. Festival Sekaten adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap tahun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Yogyakarta dan Surakarta. Perhelatan yang diadakan oleh keraton ini berlangsung selama 40 hari dengan dimeriahkan oleh pasar malam yang ada di alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Area pasar malam dipenuhi dengan pedagang yang menjual bermacam-macam makanan dan barang-barang yang lucu. Tujuan kami malam itu tentu saja untuk berwisata kuliner dan menjajal wahana permainan di pasar malam yang beberapa di antaranya cukup ekstrem dan membuat kita terasa lebih dekat dengan Tuhan (kisah ini akan ada bagian sendiri). Sebagai mahasiswa yang penat dengan perkuliahan dan badai tesis, acara Sekatenan ini adalah hiburan tersendiri bagi kami yang kantongnya pas-pasan (sebenarnya mungkin hanya aku sendiri yang kantongnya pas, yang lain cukup tajir ahahaha). Kita skip bagian Sekatennya dan kembali pada si cangkir istimewa ini. 
Pertama kali aku melihatnya di sana, terpisah di antara lainnya. Rata-rata satu jenis cangkir dengan model yang sama memiliki pasangan atau lebih dari satu item. Namun si hijau ini tampak sendirian? Padahal ia begitu menarik. Setelah mendekatinya aku baru menyadari sesuatu. Cangkir imut yang sendirian ini cacat. Ada bagian yang tidak tertutup sempurna oleh cat membentuk garis vertikal yang meliuk hampir setinggi badan cangkir. Anehnya aku jatuh hati pada cangkir ini. Bagiku kecacatan itu justru menjadi daya tarik tersendiri. Diriku mengatakan aku harus memilikinya. Kemudian kuputuskan untuk membelinya. Setelah tawar-menawar dengan si penjual akhirnya cangkir hijau laut bercodet ini resmi menjadi asetku hahaha. Aku menatap si cangkir dan tersenyum puas. 
Si cangkir menjadi kesayanganku di rumah. Ada perasaan senang yang tak terjelaskan ketika aku minum dengan cangkir ini. Bagiku ia begitu cantik dan aku kerap mengaguminya saat ada dalam genggamanku. Ukurannya yang pas saat kupegang seolah-olah memang diciptakan untukku. Mungkin bagi orang lain ia hanya produk apkir yang tidak pantas dimiliki. Bahkan penjualnya saja memberi potongan harga ketika aku membelinya sebab menurutnya tidak ada yang tertarik dengan cangkir ini karena fisiknya yang cacat. Ia dinilai kurang berharga dibanding lainnya. Tetapi bagiku ia sangat istimewa. Ketidaksempurnaanya menjadi pesona buatku, dan 'cacatnya' itu justru membuatnya unik karena tidak ada yang menyamainya. Aku merasa ini semacam sebuah keberuntungan sebab ia hanya satu-satunya dan aku memilikinya.
Lewat cangkir ini aku menyadari suatu hal. Kita manusia cenderung mengkategorikan kesempurnaan sebagai sesuatu yang baik dan ketidaksempurnaan sebagai sesuatu yang buruk. Kita fokus hanya kepada aib yang terlihat secara visual tanpa menyadari ada keindahan yang tersembunyi di sana, a hidden gem. Seperti si cangkir hijau laut kesayanganku ini, kalau saja aku hanya fokus pada cacatnya saja dan tidak menyadari sisi keindahannya mungkin aku akan melewatkan sesuatu yang berharga dan kesempatan untuk memilikinya hilang begitu saja.
Ada banyak hal di hidup kita yang seringkali kita pandang sebagai kekurangan dalam diri namun sebenarnya bisa jadi kekurangan-kekurangan itu adalah potensi yang tidak pernah kita sadari. Kita kurang bersyukur dan hanya sibuk menghitung apa yang tidak kita punya daripada memaksimalkan apa yang sudah dianugerahkan dalam hidup kita. Mungkin kita tidak sadar bahwa apa yang kita keluhkan dalam terhadap diri kita adalah hal yang diimpikan oleh orang lain yang bahkan tidak diberi kesempatan untuk memiliki hal tersebut. Percaya diri dan cintai diri sendiri adalah hal yang harus terus menerus digaungkan dalam kepala (termasuk saya sendiri) untuk dapat membantu melihat kekurangan yang kita miliki secara positif, bagaimana kita memandangnya sebagai sebuah kelebihan. Kelak akan datang masanya 'cacat' yang kita maksimalkan menjadi keunikan dalam diri akan dinotice oleh orang dan memandangnya sebagai sesuatu yang istimewa :)
Semua hanya soal perspektif, apakah kita mau melihat dari sudut pandang skeptis? atau optimis? Layaknya kisah si cangkir jika dipandang dari sisi skeptis tentu saja ia masuk ke dalam golongan barang 'tidak laku' karena ketidaksempurnaan bentuknya. Namun sebaliknya, jika dilihat dari sisi estetikanya tentulah ia merupakan sebuah karya seni yang indah dan bernilai bagi seseorang yang beruntung untuk menjadi pemilik cangkir dengan desain tiada duanya tersebut. Ambilah cerminmu, tataplah sepasang mata dalam pantulan itu dan cobalah fokus bukan pada kekurangan namun kelebihan dan cintai setiap lekuk dan bentuk dari sosok yang selama ini kita anggap sebagai sesuatu yang selalu dikomentari dengan 'harusnya begini, begitu, seperti ini, dan seperti itu'. Hentikan semua tuduhan-tuduhan tak berdasar yang kita sematkan pada diri kita sendiri dan mulai ucapkan kata-kata positif dan puji dirimu sendiri. Bukan narsisme hanya kita perlu untuk kembali menyadarkan diri bahwa kita berharga, kita mulia, layak dicintai dan ingat bahwa kita adalah versi satu-satunya di dunia ini. Kalau bukan kita yang mencintai diri kita, siapa lagi? Lagipula itu juga merupakan bentuk rasa syukur kita kepada sang Pencipta dan Pemberi hidup, bukan? Lakukan, praktekkan lalu hidup dan cara pandang kita tak akan pernah sama lagi :)
Sebenarnya aku ingin menampilkan tokoh utama kita (si cangkir) di sini, namun karena status nomaden beberapa waktu lalu akibat aktivitas pindah-pindah yang agak chaos, cangkir kesayanganku itu kini raib entah kemana. Sudah bongkar sana-sini dan hasilnya nihil. Sedih tapi berusaha ikhlas saja. Kalau memang ditakdirkan selamanya menjadi kepunyaanku, cangkir itu pasti kembali. Kalaupun tidak semoga ia di tangan yang tepat dan menyayangi dia sepenuhnya (ini bukan bicara soal mantan ya wkwkwk), dan biasanya sesuatu yang berhenti dicari itu akan muncul dengan sendirinya (seringnya begitu).
Terima kasih sudah mau menyimak tulisan di awal bulan Mei ini, semoga kita semua selalu sehat dan terhindar dari 'keusilan' Covid-19 yang masih betah di Bumi kita tercinta. Semoga proses healing segera selesai dan aku bisa melanjutkan misi naik gunung-ku yang tertunda, bisa kembali mencium aroma laut dan menikmati senja sambil menenggelamkan kaki di dalam pasir dan bersenandung bersama desiran angin dan desau ombak, juga bisa kembali menekuri tiap-tiap koleksi museum yang belum sempat terjamah, ahh... aku rindu aroma masa lalu yang menggodaku untuk berkelana melintasi waktu dengan caraku sendiri.


Surabaya, 1 Mei 2020
  


PS: 
Jika tidak sedang terjadi pandemi akibat ulah si Covid-19, Sekatenan akan digelar sekitar tanggal 21 Oktober 2020. Semoga pada saat itu bumi sudah kembali ramah dan kita bisa kembali berpelukan melepas rindu sekian purnama. 


Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekaten





Komentar